Kamis, 19 Juni 2014

TIKUNGAN HIDUP

Jalan hidup tak ubahnya seperti sirkuit. Tidak selamanya lurus dan mulus. Tidak selamanya pula curam dan berliku. Bagi sebagian orang, jalan berliku menjadi momok tersendiri yang mengharuskan mereka bergelut dengan setiap likuan. Beberapa dari mereka menginginkan jalan hidup yang lurus, tanpa belokan. Ya, hampir semua orang menginginkan jalan hidup seperti itu. Lalu untuk apa gunanya tikungan atau belokan? 
Sebelum lebih lanjut saya punya pertanyaan untuk Anda. Jika Anda sedang mengendarai motor di jalanana yang lurus, kemudian 10 meter di depan Anda terdapat tikungan, apa yang akan Anda lakukan? Melewati tikungan tersebut dengan kecepatan penuh tanpa harus ngerem? Atau mengurangi kecepatan motor dan ngerem disaat melewati tikungan kemudian menambah kecepatan setelah melewatinya? Jika Anda menjawab yang pertama saya katakan Anda Hebat. Karena sekelas Valentino Rossi pun dalam setiap balapannya belum pernah melakukan aksi seperti jawaban pertama yang Anda pilih tadi. Hehehe
Dari pertanyaan tadi kita bisa menangkap benang merahnya untuk membedakan antara bersegera dengan terburu-buru. Jawaban pertama tadi termasuk kedalam terburu-buru. Bisa jadi kita dengan cepat sampai ke tujuan, tapi keselamatan kita bahkan keselamatan orang lain bisa terabaikan. Karena kita melakukannya nyaris tanpa perhitungan dan hal itu tentu saja merugikan diri kita dan orang lain. Sementara jawaban kedua tadi termasuk kedalam bersegera. Dalam berbuat kebaikan, hendaknya kita harus bersegera tapi tidak terburu-buru. Dalam melewati tikungan hidup, hendaknya kita harus punya perhitungan tersendiri. Untuk apa? Supaya tidak bablas dan mencelakakan orang. Jangan sampai asal main sikat, main embat, yang penting cepat tamat tapi membuat orang lain kumat. 
Ibarat tikungan tadi. Kita ibaratkan jalan lurus yang sedang kita lalui itu sebagai jalan hidup kita saat ini. Sedangkan tikungan itu ibarat ujian hidup kita. Memang terasa berat melewatinya dan terasa lambat dijalaninya. Butuh perhitungan, konsentrasi, dan kendali yang prima dalam melewati tikungan tersebut. Begitupun ujian hidup. Tapi bukankah setelah kita melewati tikungan nanti, kita bisa menambah kecepatan lagi? :) Tentunya cara tersebut lebih aman dilakukan ketimbang cara pertama tadi.
Jika saat ini karir, passion, atau skill kita sedang mandeg atau buntu, bisa jadi kita sedang melewati tikungan hidup. Memang terasa lambat dan harus mengurangi kecepatan kita sebelum benar-benar melewati tikungan tersebut. Tapi setelah melewatinya, kita pun bisa menambah kecepatan kita seperti semula. Kuncinya, jangan terburu-buru dalam melakukan segala hal. Bersegara Ya, terburu-buru No. Dan pastikan kita punya perhitungan sebelum melakukan hal yang bisa merugikan orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tokoh ulama kota Depok

 Berikut beberapa tokoh ulama terkenal di Kota Depok: Ulama Senior 1. KH. Abdullah Syafi'i (Pendiri Pondok Pesantren Darunnajah) 2. KH. ...